semalam aku menghadiri Usrah DUN, dan naqib telah menyebut lagi tentang ajaran baru yang berleluasa mengatakan solat subuh tanpa doa qunut. padahal telah jelas dalam hadis Muslim....
aku tidak berani komen apa2, kerana terdapat ramai orang2 awam, dikuatiri akan menyemarakkan lagi kebingungan mereka.
di bawah ini adalah assignment yang telah aku sediakan untuk subjek Fiq Ibadah Perbandingan ijazah degree fiqh dan Hukum Perbandingan Mazhab.
MINAH BINTI BERNAWI.
Fiqh Ibadah Perbandingan.
24/11/05
BACAAN QUNUT DALAM SOLAT
Bacaan qunut dalam solat adalah sunat. Cuma para fuqaha berbeza pendapat dalam menentukan solat yang manakah sunat dibaca qunut tersebut:
Ulama’ Hanbali dan Hanafi mengatakan, “Qunut sunat dibaca dalam sembahyang Witir. Menurut Ulama’ Hanafi pula ia dilakukan sebelum ruku’. Sementara itu ulama’ Hanbali pula mengatakan, bacaan qunut hendaklah dilakukan sesudahnya. Qunut tidak boleh dibaca dalam sembahyang yang lain.
Khilaf Tentang Qunut Dalam Shalat Witir
Bacan qunut disyariatkan dalam semua salat witir berdasarkan hadith yang diriwayatkan oleh Ahmad, Ash-habun Sunan dan lain-lainna dari hadith Hasan bin Ali r.a katanya:
Yang bermaksud: “Rasulullah saw mengajarkan doa-doa untuk saya baca dalam witir iaitu (Ya Allah berilah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang engkau telah beri petunjuk. Selamatkan aku dalam golongan orang-orang yang engkau pelihara. Berilah berkah dalam segala sesuatu yangengkau telah berikan. Hindarkanlah diriku dari segala bahaya yang telah engkau tetapkan. Sesungguhnya engkaulah yang menentukan dan bukan yang ditentukan. Sesungguhnya tidak jadi hina orang yang engkau telah lindungi, dan tidak jadi mulia orang yang kau musuhi. Engkau wahai tuhan adaalah maha mulia serta maha Tinggi. Dan semoga Allah tetap memberikan rahmat atas nabi Muhammad”.
Turmidzi berkata: “ini adalah hadith hasan. Bahkan tiada sesuatu keterangan pun tentang qunut dari Nabi saw yang lebih baik dari hadith ini.”
Hukum qunut diwaktu shalat witir selama bulan Ramadhan memang menjadi titik perbezaan di kalangan ulama. Sebagian mengatakan bahwa hal itu sebahagian dari sunnah dan sebagian lainnya tidak mengatakannya sunnah. Perbezaan pendapat itu dihasilkan dari perbezaan dalil yang dipakai oleh pihak masing-masing.
1. Al-Hanafiyah
Mazhab Al-Hanafiyah mengatakan tidak harus qunut pada solat subuh, dan qunut itu hanya pada shalat witir saja. Bahkan Imam Abu Hanifah ra. sendiri mengatakan bahwa qunut dalam shalat witir itu hukumnya wajib. Mereka mengatakan bahwa qunut pada shalat witir itu dilakukan sebelum ruku'. Dalil yang digunakan adalah hadits riwayat Umar, Ali, Ibnu Ma'ud, Ibnu abbas dan Ubay bin Ka'ab yang mengatakan bahawa qunut Rasulullah SAW itu sebelum ruku'.
Bentuknya menurut mazhab ini adalah bertakbir setelah selesai membaca ayat, mengangkat tangan seperti saat takbiratul ihram kemudian meletakkan di bawah pusatnya lalu mulai membaca doa qunut dan setelah itu barulah melakukan ruku'. Menurut mazhab ini tidak disunnatkan qunut selain dalam salat witir, kecuali qunut nazilah dalam salat jahriyah.
Mengikut pendapat Imam Abu Hanifah sendiri, hukumnya adalah wajib. Sementara itu, dua sahabatnya pula berpendapat, bacaannya ada sunat.
2. Al-Malikiyah
Al-Malikiyah tidak menganggap sunnah untuk berqunut pada shalat witir. Sebaliknya mereka menyunatkan qunut pada shalat shubuh dan letaknya sebelum ruku' dan boleh juga selepasnya, tetapi bacaan sebelun ruku’ adalah lebih afdal. Dan bentuknya menurut mazhab ini hendaknya secara sirr (tidak dibaca dengan kuat).
3. Asy-Syafi'iyyah
Asy-Syafi`iyyah menyatakan sunat untuk berqunut pada rakaat terakhir sembahyang witir selama separuh kedua dalam bulan Ramadhan pada malam enam belas Ramadhan dan seterusnya; dan di rakaat kedua pada sembahyang subuh, dan juga ketika i’ktidal di rakaat yang akhir pada mana-mana sembahyang yang dibaca Qunut Nazilah. Dan letaknya sesudah ruku'. Dalilnya adalah hadith Rasulullah SAW:
"Dari Ubay bin Kaab bahwa Rasulullah SAW berqunut pada s separuh kedua bulan Ramadhan pada shalat tarawih" (HR Abu Daud dan Al-Baihaqi).
Imam Ahmad dan lainnya meriwayatkan daripada Anas r.a katanya:
“Rasulullah saw sentiasa membaca qunut pada sembahyang subuh sehingga Baginda meninggal dunia.”
Al-Imam Muslim meriwayatkan daripada Anas r.a:
Dia telah ditanya adakah nabi membaca qunut pada solat subuh? Jawabnya ya dan selepas sedikit daripada ruku’.
Al Imam Al Bukhari juga telah meriwayatkan hadith ini dalam bab Witir.
4. Al-Hanabilah
Al-Hanabilah mengatakan bahwa qunut pada shalat witir itu dilakukan sesudah ruku'. Dalilnya adalah hadits Ibnu Mas'ud r.a.
Dari Ibnu Mas'ud ra. bahwa Nabi SAW berqunut sesudah ruku." (HR Muslim).
Juga dari Az-Zuhri dari Sa'id dan Abi Salamah dari Abi Hurairah dari Nabi SAW dan dari Anas bahwa Nabi SAW berqunut sesudah ruku'.
DALIL NABI TIDAK MELAKUKAN QUNUT TERUS MENERUS
Dari Anas bin Malik bahwa Nabi saw biasanya tidak melakukan qunut kecuali apabila mendo'akan kebaikan bagi suatu kaum atau mendo'akan kecelakaan atas satu kaum. Diriwayatkan oleh Al Khathib di dalam kitabnya dari jalan Muhammad bin Abdullah Al Anshari (yang berkata): Sa'id bin Abi 'Arubah telah menceritakan kepada kami dari Qatadah dari Anas bin Malik.
Banyak para ulama yang berpendapat tidak disyari'atkannya qunut subuh terus menerus (sebagaimana dilakukan oleh kebanyakan orang), di antaranya:
1. Abu Malik Al Asyja'i, beliau berkata: Aku bertanya kepada bapakku, Wahai bapakku, sesungguhnya engkau telah shalat dibelakang Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali di sana, di Kuffah sekitar lima tahun. Apakah mereka semua melakukan qunut fajar? Bapakku menjawab, Hai anakku, itu perkara baru. (HSR. Ahmad, Tirmidzi, Nasa-i, Ibnu Majah, Thahawi, Ibnu Abi Syaibah, Thayalisi dan Al Baihaqi dari beberapa jalan dari Abu Malik).
2. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: Oleh karena inilah tatkala Ibnu Umar ditanya tentang qunut (subuh) terus menerus, beliau menjawab, Kami tidak pernah mendengar dan tidak pernah melihat. (Majmu' Fatawa XXIII/101).
3. Ishaq Al Harbi berkata: Saya mendengar Abu Tsaur bertanya kepada Abu Abdillah Ahmad bin Hambal, Bagaimana pendapat anda tentang qunut di waktu subuh? Abu Abdillah menjawab, Qunut itu hanyalah di waktu nawazil. (Ash Shalat wa Hukmu Tarikiha: 216 dinukil dari Al Qaulul Mubin:131).
Imam dan Makmum Berbeza Dalam Masalah Qunut
Sedangkan yang berkaitan dengan perbedaan pandangan antara imam dan makmum dimana salah satunya melakukan qunut dan yang lainnya tidak, maka jalan keluarnya adalah:
a. Bila imam qunut dan makmum tidak, maka ketika imam membaca qunut, makmum boleh diam saja tanpa mengamini atau mengangkat tangan.
b. Bila seorang imam lebih condong kepada tidak qunut, namun dia tahu bahwa ada diantara para makmum yang berpandangan bahwa qunut itu sunnah, maka dia memberikan kesempatan pada makmumnya untuk qunut dengan cara berdiam sebentar sekadar waktu yang diperlukankan makmum untuk qunut. Ini bila anda kedua belah pihak berkeras pada pendapatnya masing-masing.
Sedangkan bila salah satu atau kedua tidak berkeras atas pandangannya, maka boleh saja seseorang melakukan qunut atau meninggalkannya bersama imam. Hal ini lazim dilakukan oleh para ulama dan demikian juga umat Islam umumnya.
Sedangkan masalah perbezaan pendapat ini memang sudah lumrah. Tidak mungkin kita membuat keputusan bahwa qunut harus dikerjakan atau ditinggalkan secara total. Karena masing-masing punya hujjah/dalil yang kuat berdasarkan pada riwayat dari Rasulullah SAW
Wallahu a'lam.
BAHAN RUJUKAN:-
1. Wahbah al Zuhaili, Fiqh dan Perundangan Islam, DBP, Kuala Lumpur, jilid 1, cet. 3, 1997
2. Al imam An Nawawi, Syarh Sahih Muslim, Dar El Marefah, Beirut, lebanon, Juz’ 5, cet 7, 1999M, 1420H.
3. Mohd Idris Abd Raof Al Marbawi Al Zahari, Bahr Al Mazi, Dar Al Fikr, jilid 3, juz’ 2, tt.
4. Ibn Rushdi, Bidayat Al Mujtahid, jilid 2 , Dar Al Kotob al-Ilmiah, Beirut – Lebanon, 1996M- 1416H.
5. Dr. Mustofa Al-Kihn, Dr Mustofa Al Bugho & Ali Asy- Syarbaji, Kitab Fikih Mazhab Syafei, Pustaka Salam Sdn Berhad, jilid 1, cet 1 1998
6. Sayyid Sabiq, Fiqh Al Sunnah, PT Al Ma’arif, Bandung, jilid 2, cet 3, 1982.
No comments:
Post a Comment